Rabu, 28 November 2007

Restu Ortu


Ada seorang Bapak pernah mengatakan masalah restu orang tua dalam hal pernikahan sebagai berikut: “BAPAK ingin menegaskan, secara spiritual, perkawinan tanpa restu orang tua akan berdampak buruk bagi pasangan keluarga tersebut. Secara logika, cinta adalah segala-galanya tidaklah salah.”
Tetapi, restu orangtua lebih mulia, lebih memberikan warna spiritual untuk menjalani, mengikuti titahnya yang dipandang sebagai tuntunan hati nurani. Sudah banyak Bapak temukan, pasangan tanpa restu orangtua, akhirnya mengalami musibah, patah di tengah jalan. Semua itu tidak disadari, akibat perkawinan yang tidak mendapat restu. Bapak sering menemukan masalah perkawinan yang tidak mendapat restu orangtua. Apa akibatnya? Anak-anaknya melarat, rezekinya seret, tidak harmonis, tidak berbahagia. Walaupun, tidak semua perkawinan yang tidak mendapat restu akan menuai rintangan di tengah jalan. Hanya saja, sebelum melangkah, betapa indahnya mohon petunjuk, restu orangtua, biar komunikasinya makin memberikan makna suci. Jangan hanya menggunakan ego, segala upaya dilakukan untuk menumpahkan cinta, termasuk cinta back street (cinta sembunyi-sembunyi). Ini yang sering bahaya. Bapak berharap, rasakan indah perkawinan melalui restu orangtua. Restu orangtua adalah permata mulia yang ikut membahagiakan orangtua. Bukankah kasih orangtua adalah letupan jiwa yang jujur dan murni, tanpa berharap imbalan? Renungkan baik-baik

Minggu, 25 November 2007

Ngawaris kana Fakir

Ada beberapa perkara yang ada kaitannya dengan kesusahan atau secara lebih khusus sebagai penyebab ditimpa kesusahan dan penderitaan yang mana hal tersebut kita sering menganggap enteng/sepele. Masalah ini dikutif dari kitab Al-Barakah fi Fadhl Lis Sa’yi Wal Barakah yang disusun oleh Abi Abdillah Muhammad bin Abdul Rahman Al Habsyi, diantaranya:
Ø Tidak Solat
Ø Tidak Membaca Basmalah ketika hendak makan
Ø memakai sandal mendahulukan sebelah kiri
Ø menganggap ringan apa-apa yang terjatuh dalam hidangan makanan
Ø berwudu di tempat buang air besar atau air kecil
Ø suka bersandar pada pintu rumah
Ø suka duduk di atas tangga
Ø membiasakan diri mencuci tangan diatas piring makan selepas makan
Ø membasuh tangan dengan tanah atau bekas tepung
Ø tidak membersihkan rumah
Ø membuang sampah atau menyapu dengan kain
Ø suka membersihkan rumah pada waktu malam
Ø suka tidur di atas muka
Ø membakar kulit bawang
Ø menjahit baju yang sedang dipakai
Ø mengelap muka dengan baju
Ø berdiri sambil bertolak pinggang
Ø tidur tidak memakai baju (telanjang)
Ø makan sebelum mandi hadas
Ø tergesa-gesa keluar dari masjid selepas menunaikan solat subuh
Ø pergi ke pasar sebelum matahari terbit
Ø mendoakan perkara yang tidak baik terhadap ibubapa dan anak-anak
Ø kebiasaan tidak menutup makanan yang dihidangkan
Ø suka memadamkan pelita(api) dengan nafas
Ø membuang kutu kepala dalam keadaan hidup
Ø membasuh kaki dengan tangan kanan
Ø membuang air kecil pada air yang mengalir
Ø mandi junub di tempat buang air atau tempat najis
Ø makan dengan menggunakan dua jari
Ø berjalan di antara kambing
Ø berjalan di antara dua perempuan
Ø suka mempermainkan janggut
Ø suka meletakkan jari jemari tangan pada bahagian lutut
Ø meletakkan tapak tangan pada hidung
Ø suka menggigit kuku dengan mulut
Ø mendedahkan aurat di bawah sinaran matahari dan bulan
Ø mengadap kiblat ketika membuang air besar atau air kecil
Ø menguap ketika solat
Ø meludah di tempat buang air besar atau air kecil, dan lain-lain

Selasa, 20 November 2007

IKAN lauT


Alloh SWT sudah menjadikan lautan dengan rasa yang asin. Rasa itu tidak berubah dari dulu hingga sekarang dan sampai suatu waktu tertentu (wallohu ‘alam). Alloh juga menjadikan ikan hidup dan berkembang biak di air yang asin itu.
Selagi Ikan itu hidup, asinnya air laut tidak pernah menyerap kedalam daging ikan. Tapi bila ikan itu mati, cukup sekedar direndam dalam air garam, ikan itu sudah berubah jadi ikan yang asin.
Ini suatu analogi ringan tapi mempunyai nilai falsafah hidup yang sangat luhur. Mengapa demikian, karena bisa dijadikan tolak ukur atas keimanan sesorang. Manusia yang senantiasa berjiwa tauhid artinya memiliki kehambaan yang mendalam serta memiliki rasa bertuhan yang tinggi maka dirinya tetap kebal walaupun berada ditengah-tengah berbagai macam kondisi lingkungan, sekalipun ditengah-tengah maksiat atau kemungkaran. Kalau kata Ustad Zainuddin MZ “Zaman boleh berubah tapi akidah jangan goyah”.
Tapi apabila manusia sudah kehilangan iman dan taqwa, sudah luput dari rasa kehambaan dan bertuhan, tanpa dipengaruhi oleh siapa pun dia sendiri akan dilanda nafsu rakus dan buas, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Dia sendiri yang akan menjadi pencetus pekerjaan mungkar atau maksiat. Nauzubillah.
Memang iman dalam diri seseorang kadang naik kadang turun, tapi jangan sampai hilang. Kata ustadz AF Gozali, iman itu seperti tanaman. Supaya tumbuh subur harus dipupuk dan dipagar. Yakni dipupuk dengan amal soleh dan dipagar dengan ilmu.
Eeee dari ngomongin ikan kok malah ceramah.

Kamis, 15 November 2007

Permata (analogi)


Ibarat ada seseorang yang akan meletakkan permata yang begitu berharga di telapak tangan si A. Si A sangat-sangat menginginkan permata itu terkepal erat di tangannya untuk selamanya. Ingin memilikinya. Tapi karena suatu alasan yang tidak bisa diperdebatkan si A tahu bahwa dia tidak bisa mengepalkan jari-jemarinya untuk memilikinya.
Misal si A memilih untuk mengepalkannya sementara saja dan kemudian membiarkan permata itu diambil lagi dari telapak tangannya. Si A hanya ingin merasakan perasaan indah ketika telapak tangan terkepal dan menggegam permata itu dengan erat, walau hanya sesaat.
Apakah yang dilakukan si A itu bisa dibilang egois, yaitu kalo dari awal tau bahwa permata itu tidak bisa digenggam, kenapa terus mengengam walau untuk sementara. Apakah sama dengan mempermainkan perasaan seseorang? Atau yang dilakukan si A itu benar karena dia tidak bisa mendapatkan apa yang ingin dimiliki jadi tetap mengengam dengan dalih mensyukuri apa yang dimiliki dan dia dapatkan walau sementara…
Banyak kasus orang yang sudah memiliki permata sekian lama, dia bahagia karena bisa mengenggam dan merasakan keindahannya. Tapi entah kenapa permata yang begitu ia sayangi berubah menjadi buruk, tiba-tiba ia membagi keindahannya pada orang lain sehingga orang lain itu berhasrat untuk memiliki permata itu. Haruskah orang itu melempar jauh permata hatinya?atau tetap mengengam permata itu walaupun apa yang terjadi. Keadaan ini memang berat kayaknya, sehingga perlu untuk membenahi perasaan hatinya. Bukan benahi Jakarta!!!

Senin, 12 November 2007

Kasih tak Sampai


Pada salah satu syair lagu Didi kempot/Aas Rolani dalam tarlingnya berbunyi begini:
Sumpah ning batin yen kula bli jadi kawin…
Eh kadung nganti ora bakal luruh ganti
Sumpah wis janji arep sehidup semati…
Susah lan senang bareng-bareng dilakoni.
Kira-kira gitu lah kalau salah ya mohon maaf ya mas pencipta lagu!!
Mungkin semua orang pinginnya begitu, tapi mungkin Tuhan punya kehendak lain semua yang kita impikan bias saja sebaliknya. Misalnya pihak keluarga ada yang tidak setuju dengan calon pasangan kita apalgi penolakan datang dari orang tua kita. Pasti kita dihadapkan pada dilemma, bahkan bisa patah hati gara-gara harus berpisah dengan yang kita sayangi demi menuruti kehendak orang tua. apalagi patah hati sama pacar pertama yang begitu kita sayangi. Duh enggak enak bo' ! Rasanya dunia gelap, males ngapa-ngapain. Hari- hari kamu terasa ada yang hilang. Mungkin ini yang dialamin mereka yang sedang patah hati. Wajar banget, setiap kali dalam kehidupan kamu selalu bareng doi. Tiba-tiba kosong tanpa ada lagi yang bisa diajak ngobrol.
Bisa dipahami buat yang lagi patah hati, kadang sulit mengembalikan keadaan. Tapi perlu disadari, kita jangan terlalu larut terbawa emosi. Segeralah bangkit, masih banyak kesempatan kok. Mungkin kamu selama ini dibutakan oleh cinta kalau menganggap cinta itu buta. Tapi kalau kamu pernah nonton film disalah satu bioskop 21 yang berjudul “Tentang Cinta” disitu dikatakan Cinta itu tidak buta kalau kamu memahaminya….
Eh sori buat sobat-sobatku yang mengalami nasib ini, jangan tersinggung ya. Gue ga ada maksud menyinggung lho!
Tapi ini ada kiat buat nyiasatinya:
Berdamai dengan diri sendiri dan masa lalu. Manjakan diri kamu untuk melakukan kegiatan yang kamu senangi. Jangan ragu untuk berbuat egois bagi diri sendiri dan jangan perdulikan komentar orang lain tentang kamu.
Merenung. Nikmatin aja semua kondisi kehilangan dan kesendirian itu. Berlama-lamalah bicara dengan diri sendiri sambil introspeksi. Ini minimal bisa jadi cara ampuh sebagai penyembuh sakit hati kamu.
Pergi dengan temen-temen lama yang bisa bikin kamu tersenyum. Bahkan tertawa lebar. Usahakan nikmatin jalan-jalan ini sepuas hati kamu. Kalo perlu ke pantai atau puncak yang cukup jauh dari situasi keseharian kamu.
Berbicara dengan temen yang kamu percayai. Judulnya curhat, setiap orang pasti butuh curhat. Nah jangan segan-segan untuk curhat. Mungkin lewat curhat akan membantu rasa sakit kamu.
Jangan mencari pelarian. Orang yang baru putus cinta, cenderung labil dan pengen cari pelarian ke orang lain. Ini salah besar ! Karena pelarian bukan suatu penyelesaian tapi justru bikin masalah baru.
Pahami kalo putus cinta itu wajar. Jadi jangan terlalu dipikirkan atau tenggelam dalam kedukaan. Kita yakin bisa keluar dari masalah ini. Sedih, kecewa itu wajar. Cuma jangan terlalu lama.
Kira-kira begitu lah, tapi ga tau menurut kamu gimana?

Kamis, 08 November 2007

Bakat, Hobi dan Sarana


Bakat dalam diri kita harus dipelihara supaya memberikan kepuasan pribadi dalam diri (kata mbah darmo: kepuasan bathin). Ini penting untuk keseimbangan jiwa kita, yaitu suatu hobi yang akan menambah arti dalam hidup kita.
Tapi terkadang hobi dan bakat kita terbentur dengan sarana untuk menunjang hobi tersebut, misalnya dulu waktu sekolah di SMP hobi dalam bidang elektronika sampai ikut tambahan kursus elektronika, tapi karena keterbatasan dana, ya hanya mengenal teori-teori nya saja. Sekalipun praktek cuma bikin alat-alat sederhana kaya radio FM kecil, bell nada dan lain-lain. Menginjak STM masuk jurusan otomotif, idealnya begitu lulus sudah siap kerja dengan keahlian sebagai mekanik otomotif. Tapi kasusnya ga jauh dengan waktu di SMP dulu, hobi dan bakat ga bisa dikembangkan. Terpentok kebutuhan, ya apa saja yang paling dulu jadi duit - istilah kasarnya -, itu yang dilakukan meskipun dengan hobi kita belum bisa berdampingan.
Kesimpulan kata Bos Kirno” antara bakat, hobi dan sarana sangat berkaitan sekali”. Jadi berbahagialah bagi mereka yang punya bakat dan hobi nya bisa dikembangkan karena ditunjang oleh tersedianya sarana yang mendukung, tanpa mamikirkan hal-hal yang lain untuk memenuhi kebutuhan. Karena sudah terpenuhi dari hobi dan bakat nya yang sudah bisa menghasilkan profit yang datang dengan sendirinya. Kepuasan batin pun tercapai.