Kamis, 15 November 2007

Permata (analogi)


Ibarat ada seseorang yang akan meletakkan permata yang begitu berharga di telapak tangan si A. Si A sangat-sangat menginginkan permata itu terkepal erat di tangannya untuk selamanya. Ingin memilikinya. Tapi karena suatu alasan yang tidak bisa diperdebatkan si A tahu bahwa dia tidak bisa mengepalkan jari-jemarinya untuk memilikinya.
Misal si A memilih untuk mengepalkannya sementara saja dan kemudian membiarkan permata itu diambil lagi dari telapak tangannya. Si A hanya ingin merasakan perasaan indah ketika telapak tangan terkepal dan menggegam permata itu dengan erat, walau hanya sesaat.
Apakah yang dilakukan si A itu bisa dibilang egois, yaitu kalo dari awal tau bahwa permata itu tidak bisa digenggam, kenapa terus mengengam walau untuk sementara. Apakah sama dengan mempermainkan perasaan seseorang? Atau yang dilakukan si A itu benar karena dia tidak bisa mendapatkan apa yang ingin dimiliki jadi tetap mengengam dengan dalih mensyukuri apa yang dimiliki dan dia dapatkan walau sementara…
Banyak kasus orang yang sudah memiliki permata sekian lama, dia bahagia karena bisa mengenggam dan merasakan keindahannya. Tapi entah kenapa permata yang begitu ia sayangi berubah menjadi buruk, tiba-tiba ia membagi keindahannya pada orang lain sehingga orang lain itu berhasrat untuk memiliki permata itu. Haruskah orang itu melempar jauh permata hatinya?atau tetap mengengam permata itu walaupun apa yang terjadi. Keadaan ini memang berat kayaknya, sehingga perlu untuk membenahi perasaan hatinya. Bukan benahi Jakarta!!!

Tidak ada komentar: